SEHAT ITU HAPPY
SEHAT ITU HAPPY, ttg diriku
Jakarta, 8 februari 2021
Saat kutahu rasa mulai berubah di siang hari seperti berdiri di sebuah batu yang rapuh.Walau kulawan dengan usaha yang sangat kuat namun tetap saja rasa itu mulai tak nyaman. Akhirnya aku mengalah untuk istirahat sejenak dan mencoba memejamkan mata dan berharap saat terbangun nanti, kembali segar tanpa ada rasa yang kurang nyaman seperti siang hari tadi.
Harapanku ternyata tak terwujud, rasa di tubuhku mulai tak nyaman semakin bertambah dengan suhu tubuh yang mulai panas.
Alhamdulillah tak sampai demam, tapi rasa panas di lenganku yang penuh dengan bintik-bintik merah mulai terasa gatal.
Melayang pikiranku dengan berbagai ketakutan akan maraknya wabah pandemi di negeri ini. Langsung aku mencari info dengan membuka mr. Google dan menyamakan gejalanya yang aku rasa. Semakin ketakutan saat aku buka ternyata banyak info dan aku semakin cemas, namun yang membuat aku tenang suhu tubuhku tidak demam dan aku masih mampu merasakan rasa juga penciumanku masih normal. Aku bersyukur sekali karena aku tidak terdampak COVID 19 yang telah membuat seluruh penduduk muka bumi ini penuh dengan rasa cemas dan ketakutan . Akhirnya kuputuskan untuk segera ke ahlinya untuk mendapatkan pengobatan, langsung tanpa bertanya lagi aku berangkat dan sesampainya di tempat pengobatan puskesmas aku pun langsung bertanya tanpa ragu, apakah ini gejala COVID 19. sang dokter malah tertawa dan berkata bahwa aku ini terkena alergi, lega lah hatiku mendengar kalimat ini dan aku pun melaksanakan perintah yang anjurkan dengan memberi salep dan minum obat teratur. Tapi ternyata sudah dua hari belum ada perubahan bahkan bintik-bintik kecil sudah mulai bermunculan. Perasaanku kembali galau lalu aku ambil hp ku dan aku pesan nomor antrian klinik langgananku dan aku ditanya mau ke dokter apa? Aku jawab "ke dokter kulit" Aku diberi tahu dokternya besok sore pukul 16.00, jika ingin nomor antrian kecil datangnya pukul 15.30 ya bu... Itulah yang diucapkan petugas klinik.
Setelah aku aku datang pukul 17.00 ternyata antriannya sudah cukup banyak, aku mendapat nomor 19. Dengan sabar aku menunggu giliran karena aku tahu dokter kulit di klinik ini sangat teliti.
Sampailah giliranku untuk masuk dan aku pun seperti biasa langsung bertanya apakah ini gejala COVID 19 karena aku benar-benar takut jika jawabannya "iya" dan ternyata jawabannya membuat hatiku tenang dan imunku kembali normal yaitu aku
terkena virus kulit akibat terlalu kecapean.Nama virus ini dslam bahasa kedokteran aku tidak hapal namun bahasa masyarakat biasa dibilang cacar ular atau orang awam bilangnya BRAHMA. Seingatku kata orang dulu banget, penyakit ini tidak boleh menyatu menjadi sebuah lingkaran yang bisa mengakibatkan kematian. Itulah yang membuatku menjadi rasa takut dan aku langsung ke dokter kulit yang kutahu biayanya tak murah tapi kucoba agar penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan ini dengan ke dokter puskesmas, walau tidak secepat dokter kulit yang biasa menangani penyakit kulit.
Alhamdulillah dalam wakru 10 hari tdk ada penambahan tempat dan berangsur-angsur sembuh dan sekarang aku tidak lagi mrngurusin barang sekolah krarena sudah digantikan oleh temanku.
Bagus bu
BalasHapus